Sabtu, 21 Agustus 2010

siapa pandai bersyukur

aku punya 2 tangan dengan kesempurnaannya, tak bercacat sedikitpun meskipun terdapat bekas luka namun itu tak mengurangi kinerjanya.
kakiku sepasang lengkap dan kadang orang memujinya karna bisa dikatakan kaki seperti ini adalah idaman, aku juga bisa berlari dengan cepatnya. aku tak menggunakan kaca mata sebagai alat bantuku untuk melihat, karna sampai sekarang semua tulisan masih dapat jelas terbaca. setiap aku berangkat beraktivitas, hal yang selalu aku lakukan adalah mendengarkan musik dengan telingaku yang masih sepurna mendengar semua irama dan aku bisa menyanyikan semua lagu dengan baik. aku mudah medapatkan pekerajaan, menandakan masih baiknya jalan pikiranku terhadap masa depan.
keluargaku sangat merangkulku, meraka tak pernah menyakitiku...dilengkapi oleh teman-teman yang selalu mendukung dan membuatku bahagia...SENANGNYA...
Dan pada akhirnya aku sadar bahwa tubuh, jiwaku dan hidupku nyaris sempurna dan tak becacat...apa yang harus aku keluhkan? harusnya semua ini tidak membuatku merasa masih ada yang kurang...tapi aku masih belum mendapat apa yang aku mau, aku masih terus mengeluh bahwa aku kalah dan tak sempurna...
Namun...
Disisi lain, dia bisa memainkan musik tanpa pendengaran yang baik karna dia Tuli...mereka bisa merangakai kata-kata indah tanpa melihat, prestasi yang dimiliki lebih berarti untuknya dan sekelilingnya meskipun sekarang dia ada di atas kursi roda yang sangat terbatas gerak geriknya, lukisan-lukisan indah itu tercipta bukan dari jari-jari yang ada di tangan namun kakinya yang gemulai menari di atas kanvas, tidak bekerja memang, namun bisa memberi orang lain mendapatkan lapangan pekerjaan olehnya karna ide yang sangat banyak namun terbentur dengan tidak sempurnanya tubuh mereka..mereka tetap bisa melanjutkan hidup meski hanya menyuap 2 sedok nasi dalam sehari dengan terpaan dingin hujan, diluar kehangatan keluarga.

Mereka lebih mensyukuri apa yang ada didepan dan mengupayakanya dengan cara apapun, dengan segala keterbatasan mereka mampu mencipatkan apa yang kita tidak bisa buat, yang saat mereka berfikir dengan keras untuk melanjutkan hidup dengan keterbatasan mereka, kita sedang sibuk mencari kesenangan diakhir pekan dengan mengunjungi hal-hal yang sia-sia.

tiap waktunya mereka mencari Tuhan meminta petunjukNYA, namun kita tiap waktu mencari ide untuk bersenang-senang dan setelah senang tak lagi didapati, Tuhanlah yang baru hadir di fikiran kita. (aroganya kita)

Naifnya kita, segala sepurnanya yang ingin di miliki mereka yang berkekurangan, kita telah mliki, tapi pikiran untuk bersyukur, mereka lebih SEPURNA, kana disetiap detiknya hanya doa dan pengharapan serta ucapan terimakasih untuk Tuhan yang mereka ucapkan dalam hatinya. sedangkan kita akan bersyukur jika kado yang kita minta telah diberikan oleh Tuhan, itu pun kadang kita lalaikan.

apa harus sempurna ini diambilNYA dulu baru kita akan pandai bersyukur??? mari renungkan...